JAKARTA,iDoPress - Sepi dalam keramaian. Demikian yang dirasakan oleh Mulidi atau Atu (51),pelukis jalanan yang sehari-hari menggelar lapak di kawasanBlok M Square,Jakarta Selatan.
Menjajakan karya di area pusat perbelanjaan yang selalu padat dan ramai akan pengunjung tak lantas membuat Atu ikut kebanjiran pesanan.
Alih-alih ramai pelanggan,Atu mengaku,belakangan karyanya semakin sepi peminat.
"Ya mungkin karena banyak regulasi ini itu bikin perekonomian masyarakat sekarang jadi sulit," katanya saat berbincang dengan Kompas.com,Selasa (18/6/2024) malam.
"Sehingga menghambat juga dalam berkarya. Ada pengaruhnya tetep,karena lukisan pun sepi yang pesan," ujar dia.
Baca juga: Cara Pelukis Jalanan di Blok M Melepas Penat,Berpuisi Saat Hilang Inspirasi
Atu menjual karya lukisnya dengan harga beragam. Paling murah di kisaran harga Rp 300.000 sampai Rp 500.000,itu jika menggunakan media kertas.
Apabila menggunakan kanvas dan gambar yang dilukis cenderung realis,Atu membanderol karyanya di kisaran Rp 2 juta.
"Kalau lukisannya detail dan realis kan garapnya lama,itu saya jual Rp 2 juta. Tapi kalau melukis foto hitam putih dengan kertas sekitar Rp 300.000 sampai Rp 500.000," terangnya.
Atu mengaku telah menjadi pelukis jalanan di kawasan Blok M Square selama 25 tahun,sejak lulus sekolah. Namun,sampai saat ini ia masih terus berjuang untuk mencari pelanggan.
Menurut Atu,pendapatannya selama sebulan tidak menentu. Terkadang bisa melimpah,bisa pula sedikit.
"Kalau pendapatan sekarang sudah enggak bisa diperhitungkan. Kadang sebulan bisa banyak,kadang juga sedikit sekali," ucap Atu.
Namun,Atu bersyukur,di tengah sepinya lapak di kawasan Blok M Square,pelanggan-pelanggan lamanya masih setia menghubungi bila hendak pesan lukisan.
Berkat mereka,Atu masih terus bertahan melukis di Blok M Square yang,saksi bisu jatuh bangunnya sebagai pelukis jalanan selama seperempat abad terakhir.
"Ya pelanggan tetap mah ada saja ya untungnya. Paling enggak buat sehari-hari ada," kata Atu.
"Tapi kalau lagi enggak ada ya kadang-kadang sampai murung,gelisah,karena enggak bisa dimungkiri kita kan juga makan,ngasih uang ke keluarga di kampung," imbuh dia.
Baca juga: Kisah Atu,Menggeluti Seni sejak Sekolah hingga Jadi Pelukis Jalanan di Blok M
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.